The Road to Allah atau jalan menuju Allah merupakan kumpulan kajian
keislaman kang Jalal di mesjid Al-Munawwarah, yang kemudian di susun
menjadi sebuah buku seperti di tulis pada kata pengantarnya.Buku ini
di bagi menjadi lima bagian dimana setiap bagiannya sekaligus merupakan
tahapan perjalanan ruhani menuju Allah swt.
Perjalanan ruhani atau penyucian diri menuju Allah swt atau biasa
diistilahkan dengan tasawuf, diawali rasa cinta. Hanya dengan cinta
ibadah dan pengabdian terhadap Allah swt dilakukan dengan tulus dan
hati bersih. Karena sesungguhnya kekuasaan Allah swt yang meliputi
segala sesuatu tidak membutuhkan ibadah dan pengabdian makhluknya. Rasa
cinta, terlebih pada sesuatu yang abstrak dalam hal ini Allah swt,
tidaklah datang dengan sendirinya. Yang perlukan adalah belajar
mencintai.
Pelajaran mencintai tahap dasar adalah belajar
mencintai makhluk Allah; pasangan kita, anak-anak . Selanjutnya kita
harus berusaha mencintai hal-hal yang bersifat abstrak. Mengutip sebuah
hadis; “Cintailah Allah atas segala anugrah-Nya kepadamu, cintailah aku
atas kecintaan Allah kepadaku, dan cintailah keluargaku atas
kecintaanku kepada mereka.”
Perjalanan selanjutnya adalah
meninggalkan perbedaan. Perbedaan pendapat atau mazhab tak jarang
memunculkan perselisihan. Masing-masing merasa pendapat ulama (mazhab)
nya yang paling benar. Yang perlu disadari adalah, perbedaan pendapat
adalah hal yang wajar dan harus diterima selama tafsirannya berasal
dari rujukan yang sama Alqur’an dan sunnah Rasulullah saw. Seperti
pendapat kang Jalal tentang keutamaan jihad, yang mungkin berbeda
dengan ulama lain. Dalam bukunya ini kang Jalal berpendapat, jihad yang
paling utama adalah berbakti pada orang tua dan memenuhi hak pada
keluarga terlebih dulu, dengan merujuk QS Bani Israil ayat 26).
“Berikanlah hak pada keluarga yang dekat, lalu orang miskin, orang yang
berada dalam perjalanan, dan janganlah kamu berbuat boros
seboros-borosnya.”
Singkatnya perjalanan manusia menuju Allah
swt adalah perjalanan kesucian. Sebuah proses pembersihan diri yang
dapat dilakukan melalui tiga hal; istighfar, taubat dan melakukan amal
shaleh. Kecenderungan diri merasa lebih baik dari orang lain, bangga
diri terhadap amalan yang telah dilakukan, bersikap ujub dan terpancing
untuk ghibah menjadi penghalang proses pembersihan diri. Namun
pernghalang itu dapat dilalui jika kita bisa mengendalikan diri,
mengendalikan nafsu, berdoa untuk memperoleh hati yang khusyuk,
berzikir, membalas kebencian dengan kasih sayang berkhidmat dan
membersihkan hati dari hasad.
Mengutip sabda nabi saw;”orang yang
hebat itu bukanlah orang yang dengan muda membantingkan kawannya. Orang
kuat adalah orang yang mampu menguasai nafsunya ketika marah.”
Perihal
nafsu, dalam bahasa arab dua syahwat itu teriri dari ‘syahwat seks’ dan
‘syahwat perut’.syahwat perut tidak terbatas pada makan dan minum.
Kedalamnya termasuk segala cara memuaskan kesenangan-kesenangan fisik
dengan uang. Istilah tepatnya mungkin perilaku konsumtif.
Hati
yang khusyuk berarti mampu menghadirkan Allah swt dalam setiap
perbuatan. Sehingga apapun yang kita lakukan didasari karena Allah dan
hanya takut kepada-Nya. Ajaran kesucian lain yang mampu mendekatkan
kita kepada Allah swt adalah membalas kebencian yang diterima dengan
kasih sayang. Ini mengingatkan saya pada kisah yang dialami nabi saw
dan seorang kafir yang selalu meludahi nabi saw setiap beliau lewat.
Sampai suatu hari nabi tidak mendapati ludah yang mendarat di tubuhnya.
Beliau bertanya kemana gerangan orang yang biasa meludahinya. Ternyata
orang itu sakit lalu beliau menjenguknya. Sejak saat itu orang kafir
itu masuk islam.
Zikir adalah amalan yang tidak dibatasi
waktunya, bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Allah swt berfirman
dalam QS Al-Jumuah (62): 10; Setelah selesai menunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah, dan
berzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya. Supaya kamu beruntung.”
Manusia
sering mengorbankan kesehatannya, tubuhnya, bahkan jiwanya demi harta.
Oleh karena itu, pengkhidmatan dengan harat adalam islam lebih
didahulukan daripada pengkhidmatan dengan jiwa. Contoh pengkhidmatan
dengan harta yang merupakan salah satu rukun Islam adalah mengeluarkan
zakat.
Rasullullah saw bersabda; “Hasad memakan habis kebaikan
seperti api memakan habis kayu bakar.” Hadis ini menunjukkan bahaya
besar hasad atau kedengkian, yang bisa menghancurkan seluruh amal saleh
yang kita lakukan. Hasad dapat diartikan sebagai kebencian terhadap
nikmat yang diperoleh orang lain dan keinginan agar nikmat itu lepas
dari orang terebut. Hasad hanya dapat dihilangkan dengan pengobatan
melalui amal. Beramal melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
perasaan dengki kita.
Penyucian diri adalah suatu perjalanan
yang terus menerus, jika berhenti pada proses ini, akan jatuh kembali
ke tingkat serendah-rendahnya. Salah satu gangguna paling besar dan
berbahaya ketika mendekati Allah swt adalah kepuasaan diri (I’jab).
Merasa kagum akan kesucian diri yang telah dicapai. Ketika timbul
perasaan inilah seseorang kembali ke tingkat paling dasar. Untuk itu
kita senantiasa Untuk itu kita senantiasa dianjurkan selalu memohon
kepada Allah swt agar kita diberi Husnul Khatimah, akhir yang baik.
Supaya Allah swt selalu meneguhkan langkah-langkah kita.